Kanaya, apakah rintik hujan dan permen karet masih membawamu ke masa itu? Saat senyummu begitu sempurna dan tawamu bulat utuh?
Di seberang sana tampak sepasang kekasih bergandengan tangan lalu masuk ke mobil mereka yang mewah. Si lelaki tampak gagah dengan setelan jas nya dan si perempuan tampak anggun dengan gaunnya. Mungkin mereka akan menuju restoran mewah. Memesan makanan mahal. Dan duduk di antara lilin-lilin yang menyala.
Tapi bukan itu yang kau inginkan. Aku bisa membacanya di matamu.
Bukan gaun cantik itu, bukan mobil mewah dan restoran mahal itu yang akan membuatmu bahagia.
Karena kebahagiaanmu sederhana saja, dia ada di sampingmu. Maka semua menjadi indah. Di manapun. Di petak kecil sekalipun, mengunyah permen karet bersamaa sudah cukup membuatmu bahagia. Ya! syaratnya cuma satu. Ada dia. Sudah.
Tapi Kanaya, saat kini dia tidak ada lagi. Saat dia sudah menghilang dari sisimu, apakah permen karet yang kau kunyah masih manis? Atau hanya tinggal sepah? Bukankah sepah itu harus segera di buang Kanaya?
Rintik hujan telah mereda. Tapi ingatan tentangnya masih turun deras dalam kepalamu. Membanjiri hatimu sampai penuh.
Dan kau tetap mencintainya. Satu kebodohan yang entah kenapa terus kau pelihara.
nice… 🙂