Aku Hari Ini (2)

In phase, listen to Sheila on 7 songs every day. And suddenly, I miss my broken heart moment. Because currently I can’t relate to any of their songs. Am I masokist? 

“Berjalan,

hidupku tanpamu.

Hidupku tanpamu.

Bertahan,

karena menantimu.

Untuk menantimu.

Di bait pertama.

Di bait pertama.”

“Lama sudah berlalu
Tapi jejaknya tertanam selamanya
Dia segalanya bagiku
Dia segalanya bagiku
Apa yang terjadi jika ku gagal menemukannya?”

Aku Hari Ini (1)

Ada bagian diriku yang merindukan hubungan dengan orang lain. Namun di diriku yang lain aku merasa lelah dan putus asa dengan manusia.

Aku kesepian bahkan saat di keramaian. Orang-orang mengacuhkanku dan semua adalah kecanggungan.

Tidak ada koneksi. Seperti Aan Mansyur bilang dalam puisi Tidak Ada New York Hari Ini, “Aku sendiri dan tidak berada di sini. Semua orang adalah orang lain.”

Semua orang adalah asing. Aku hanya punya diriku sendiri.

Jika kau membaca puisi ini, maukah kau sekedar  menyapa, Hi! Dan satu emote senyum. Itu lebih dari cukup.

Satu Berita Kematian

Bukan kematian benar menusuk kalbu.

Keridaanmu menerima segala tiba.

Tak kutahu setinggi itu atas debu.

Dan duka Maha Tuhan bertahta.

(Chairil Anwar)

Satu lagi teman tiada. Menunjukkan kefanaan kita sebagai manusia. Sangat mudah bagi Tuhan untuk mengambil nyawa kita. Kapan saja, siapa saja, dimana saja, dan dengan cara apapun. Begitulah kita selemah-lemahnya manusia. Dan begitulah Dia Se-Maha Maha Kuasanya Tuhan.

Aku tidak bisa terlalu bersedih. Teman kita hanya pergi ke tempat yang jauh. Yang sangat jauh sampai kita tidak dapat menjangkaunya. Hanya kenangan-kenangan tentangnya yang tersisa. Yang dapat kita panggil setiap waktu jika kita merindukannya.

Satu berita kematian adalah pengingat kita. Bagaimana persiapan kita untuk menunggu giliran selanjutnya? Sudahkan kita siap dipanggil sewaktu-waktu? Apakah akan ada orang yang merindukan kita saat kita tiada? Apakah ada orang yang menangisi kita?

Satu berita kematian adalah pesan dan motivasi untuk menjalani hidup dengan versi terbaik dari diri kita.

Kita masih ada waktu.

Sekarang.

Keluh dan Peluh

Tidak ada keluh.

Hanya peluh yang jatuh,

luput tertampung di matamu.

Telah lama aku belajar.

Seni menahan,

cakap menyembunyikan.

Ada jelaga yang menyamar mulia.

Lihai menukar kata.

Duka adalah persimpangan kenaifan kita.

yang tidak pernah seia.

Ada selaput yang tidak pernah kamu sebut,

diam-diam menyulut kalut.

Ada cerita dan rasa percaya,

diam-diam menanggalkan halaman kita.

Gresik, 09122022

Seperti Pohon yang Patah.

Sumber : News.detik.com

“Tunggu, dulu. Biarkan kau lewati aku. Aku ingin beranak-pinak dengan ranting-rantingku. Aku ingin berkembang-biak dengan daun-daunku.”

Tapi badai tidak pernah cukup punya telinga untuk mendengar rintihan pohon. Riuh yang menggulungpun sudah mengusutkan matanya. Selalu diabaikannya pohon yang kerap menghitungi air mata.

Badai cepat mengibas dan menggilas.

Daun-daun meranggas.

Ranting melambai pada induknya.

Pohon melepas dengan kesedihannya.

“Selamat rebah mimpi dan hati yang bahagia. Aku lagi-lagi patah.”

K, 08042022

Flash Fiction : Bukan Perkara Sepatu

“Gimana? Cocok kan gue pakai ini Niz?” katanya sambil melangkahkan kaki kesana kemari.
Aku mengangguk. Kali ini temanku yang biasa kupanggil Rena itu meminjam sepatu Stiletto merah kesukaanku. Tidak bisa kuingkari, sepatu itu cocok dengan kakinya yang ramping dan putih. Hasil perawatan rutin yang akhir-akhir ini dia jalani.


Meminjam barang-barang milikku sudah menjadi kebiasan Rena. Minggu lalu gaun pesta hitam dengan aksen mutiara di leher. Bulan lalu Tas Hermes warna pink yang kubeli dengan susah payah. Keduanya belum kembali sampai hari ini.

Aku tidak bisa menolak meminjamkan barang-barangku. Rena satu-satunya teman yang aku miliki. Tanpanya hidupku akan sepi sekali.

Sebagai jaminan barang-barang yang dia pinjam, Rena selalu menitipkan KTPnya padaku.
“Memangnya aku rental, kamu titipin KTP segala. Kalau mau titip kartu, sekalin kartu ATM dong!” Aku sering berkelakar tentang ini.


Dua bulan berlalu dan Rena tidak muncul sama sekali. Barang-barangku belum kembali. Handphone-nya tidak bisa dihubungi.
Kupandangi satu-satunya jejak Rena yang tersisa, KTPnya yang kusandingkan dengan KTPku. Terpampang dua nama di sana.

Renaldi Satrio Pamungkas dan Nizar Abdul Rahman

22022022

Puisi : Kembali, Kasih

Rindu,

Barangkali adalah satu cara mengumpulkan kembali

pernik-pernik baumu yang mengambang dalam ingatanku.

Barangkali adalah satu jalan menghimpun kembali

tapak-tapak rambutmu yang dulu rajin menampak di mataku.

Barangkali adalah cara memanggilmu kembali

Menengok banyak hal yang tersisa.

Hatiku, misalnya.

Rindu,

Berulang kali kuteriakkan padamu

Meski dengan nada paling sunyi.

#SemutMerahKaizen

#kembali kasih

Flash Fiction : Sebuah Rencana dari Kepala Seorang Wanita

Suamiku, setelah perjalanan panjang kita. Setelah kakimu melangkah ke bunga yang lainnya dan aku dalam kehancuranku. Kini akhirnya kau kembali. Di sini. Di sampingku.

Hari ini tanganku dan tanganmu akhirnya bergandengan lagi. Meski tidak sehangat dahulu, semua terasa cukup. Aku tidak memerlukan apa-apa lagi.  Aku sudah bahagia dengan ini.

Orang-orang  kini memandangiku dengan tatapan aneh.  Seperti ada pisau dari mata mereka. Tapi sudahlah! Mereka tidak akan mengerti.

Nyonya, sudah waktunya Anda ikut dengan kami”. Seorang lelaki tegap berseragam cokelat menarik tanganku ke mobil bersirene.  Membelah kerumunan orang yang mengenakan hitam sebagai warna duka mereka.

Mobil dengan tulisan “Polisi” itu membawaku kembali ke tempat yang tidak kalah  suram. Berpisah dengan tanganmu yang sudah terlalu kaku dan dingin.

Tenang sayang ketok palu Hakim akan menyatukan kita lagi. Tanganmu dan tanganku. Semua sudah kurencanakan baik-baik.

21022022

http://www.google.com

Satu Cara Membuang Beban di Kepala

Bagaimana kita tahu harapan kita tidak ketinggian?

Tunggu… Apakah ada harapan yang ketinggian? Bukankan harapan memang tempatnya di angkasa raya? Bukankah yang namanya harapan itu adalah sesuatu yang memang tempatnya tinggi dan sulit kita raih?

Apakah kau pernah merasa takut? bahkan untuk sekadar berharap dan bermimpi?

Apakah kau merasa tidak didukung oleh orang-orang sekitarmu, oleh keadaan, oleh semesta?

Saya berfikir begini sekarang, kita harus terus maju karena salah satu alasannya adalah kita ingin tahu apa yang ada di depan sana ketika kita terus maju. Meskipun bila akhirnya bukan apa yang ingin kita cari atau bukan apa yang ingin kita capai, kita telah memuaskan keingintahuan kita. Dan kita menjadi mengerti, satu jalan itu terbukti salah. Kita tinggal mencari jalan yang lain.

Kita melihat orang lain mencapai dan menggenggam harapan mereka, kita pikir itu mudah. Kita tidak tahu bagaimana jalan yang dia lewati. Kita tidak tahu keringat-nya menetes seberapa banyak, seberapa lama matanya tidak tidur, seberapa kali dia jatuh dan mencoba berdiri. Kita hanya tahu hasilnya dan tidak tahu prosesnya sehingga kita mengira itu mudah.

Kita hanya perlu terus berjalan.