Kemana Imanku?
Pada layar-layar yang memabukkan
Kutanyakan “ kemana kau bawa imanaku?”
Pada rupiah-rupiah yang bungkam
Kutanyakan “ dimana kau sembunyikan imanku?
Aku menghujat setan
Penuh bisik rayu sesatkan
“Kemana imanku?”
Jangan seret aku dalam nista
Jangan bawa aku dalam derita
“kemana imanku”
Dari Indonesia lalu Afrika lalu Amerika
“kemana imanku?”
Di dasar Hindia diatas Himalaya
“kemana imanku?”
Ke bulan terus ke angkasa
“kemana imanku?”
Di malam paling kelam
Dalam butiran paling deras
Di khusyu sujud terdalam
“ku temukan imanku”
Gresik,010307
Dia Bersama Alpha Centaury
Jatuh aku berbilur sunyi
Dalam pekat lubang hitam
Malam semakin mengoyakku
Dalam selimut sepi
Hingga hati memilih mimpi
Untuk menuntaskan sendiri
Bias-bias rindu yang dibawa angin malam
semakin menyayat lubukku
Menghujani dengan deras tangisan
Aku ingin bertemu,
Tapi dia disana, bersama bintang Alpha Centaury
Meninggalkanku dengan cerita lalu
Bagaimana harus lepakan kisahmu?
Kisah yang terlanjur melekat dalam hati pilu
Dengan air mata darah?
Atau dengan rintihan bulan bintang?
Dimana harus kubuang bayanganmu?
Dalam laut lepas lalu tergulir ombak?
Sedang matamu
Masih saja menancap dalam otakku
Pias-pias cinta makin merana
Coba lepas senyummu tapi tak bisa
Sedang malam masih saja sunyi
Langit makin gelap tanpa sapaanmu
Apakah aku harus tetap bermimpi?
Sedang Alpha Centaury
Makin jauh meninggalkanku
Jadi “Sesuatu”
Jika Amstrong sudah merayapi wajah sabit itu
Lalu mengibarkan bendera kebesarannya
Yang bahkan tidak berkibar karena udara hampa
Dan Chairil dengan akunya dan sajak emasnya
Sudah menggetarkan sastra yang dulunya hanya gemetar
Pun Da Vinci dengan si cantik Monalisa
Selalu menebarkan pesonanya
Meski tetap saja jadi misteri
Maka aku masih saja disini
Diatas bangku coklat duduk melipat tangan
Tetap membuka lembar-lembar
Mengakrabi, lalu dituakan mereka
Masih saja pusing menghitung rumus fisika kimia
Atau menghafal sejarah
Akupun terpejam untuk menghilangkan mereka yang tebal
Saat mata kubuka, aku sadar
Bahwa aku harus tetap membuka lembar-lembar itu
Bila ingin jadi “sesuatu”
“Dimana kau wahai cahya?”
Sendu gontai melangkah resah
Wajahnya mendung mengundang badai
Hanya langit yang mengerti dukanya
Di jalan penuh parang dia mencari
Sebuah lilin yang terang
Tapi padam di hempas badai
Dalam ceceran darah gelap
Masih saja berlari mencari
“dimana kau wahai cahya?”
Teriakan tercekat gigilan malam
Setelah darah dan air mata kering
Iapun bersimpuh dan menyerah
170107
Teriakkan ‘jiwa’
Angan itu
Yang kembali terbang bersama debu
Hilang pergi lalu pagi
Ini angan masih tersimpan dilubukku
Dalam kantong yang tak terbendung
Hanya sejuk matamu yang kembalikannya dalam peluk
Lalu kumerajut hingga cukup tuk menghangatkan bumi
angan itu bakar saja dalam api yang paling membara
Hingga berkobar dan teriakkan ‘jiwa’
Dengan mata penuh cahya
Bila laut hati ini harus mati
Bila pada akhirnya laut hati kita harus mati
Dan bumi yang selalu memayungi harus menyerah pada matahari, lalu kering
Sedang rona hujan tak jua singgah pada lubuk kita
Dimana lagi kita harus berlindung dari panas yang semakin kerontang
Dan hanya memberi fatamorgana
Maka selayaknya mata hati kita terbuka dan lebih terbuka
Lalu hidupkan kembali laut yang mati itu
Sadar dari fatamorgana
Dan sirami taman kering kita dengan rintik-rintik cinta
Merdeka hanya mimpi
Tlah kutelusuri jejak-jejak huruf
A…B….C….D….berujung Z
Di buku tebal yang kata orang
‘kamus besar bahasa indonesia’
Tlah kusibak semua
Tak jua kutemui makna kata ‘merdeka’
Hilangkah?
Bagaimana kumengerti artinya?
Akupun pergi ke istana negara
Kutapakkan kakiku di gedung megah
Kutemui penguasa lalu sodorkan tanya
‘Apa itu merdeka?’
Dengan sok wibawa orang berdasi itupun mejelaskan
Tapi entah apa yang diomongkan, bahasanya terlalu tinggi untuk orang yang hanya makan sambal dan kerupuk sepertiku
Ah…sudahlah!
Lalu aku pergi bertanya pada orang Indonesia
‘Apa itu merdeka?’
Jawaban sama ‘tak ada penjajah’
Benarkah?
Kugantung tanya pada langit petang di bumi Indonesia berharap jawaban pasti
Maka dia tuliskan di hamparan yang gulita
‘Merdeka hanya mimpi’
Masuk akal!! Hatiku mengiyakan
Gresik, 010407